Kisah Inspirasi : Pertobatan Darto Si Pencari Burung

- 8:51 AM

Kisah Inspirasi : Pertobatan Darto Si Pencari Burung

 
Menjadi seorang kicau mania tak berguna kita yang dengannya bebas memilih jenis burung yng dipelihara, ada beberapa jenis burung yng memanglah mampu dijadikan menjadi burung peliharaan akan tetapi ada pula beberapa jenis salah satunya burung yng Perlu tetap di alam nya ( habitatnya ) menjadi langkah bagi atau bisa juga dikatakan untuk melindungi keseimbangan alam. Andai hal yang telah di sebutkan dilanggar, maka tak mustahil fenomena semisal serangan hama wereng, serangan ribuan ulat serta serangan tomcat akan kembali berlangsung di bumi Nusantara ini. Serta kebetulan saya membaca satu dari sekian banyaknya kisah yng menarik yng semoga mampu menjadi inspirasi bagi kicau mania di indonesia bagi atau bisa juga dikatakan untuk lebih menghargai alam.
Selamat simak: Seusai berhenti dari SMA yng cuma dicicipinya selama 3 semester akibat ketiadaan biaya, Darto sulung dari tiga bersaudara bekerja serabutan guna meringankan beban ibunya yng telah janda dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Khususnya, bagi atau bisa juga dikatakan untuk membiayai sekolah dua adiknya yng masih duduk di kelas 5 serta 6 sekolah dasar.
Di saat-saat tak ada pekerjaan yng ditawarkan orang padannya Darto menghabiskan waktu bagi atau bisa juga dikatakan untuk menangkap (berburu) burung di semak belukar di atas perbukitan tidak jauh dari kampungnnya. Burung-burung hasil buruannya itu dijualnya ke penadah di pasar. Hasil nya, lumayan. Dalam sehari dia mampu menangkap 2-3 ekor burung. Andai tengah mujur,ada kalanya burung yng tertangkap itu dari jenis yng Amat digemari orang menjadikan dia mampu membawa pulang uang sampai-sampai ratusan ribu rupiah.
Merasakan betapa mudahnya mendapatkan uang yang dengannya berburu burung, akhirnya pekerjaan yng awal mulanya cuma menjadi pengisi waktu “nganggur” itu pun ditekuninya menjadi mata pencaharian. Darto pun mendapatkan julukan dari orang kampungnya yang dengannya sebutan “Darto Burung”.
Tidak terasa telah tiga tahun Darto melakoni profesi pemburu burung. Berkat jerih payahnya itu kedua adiknya pun mampu melanjutkan pendidikan orang-orang ke jenjang SMP. Selama itu semuanya berjalan normal serta lancar-lancar saja, hingga suatu hari….
“Ada apa Dar, kok kamu tampak lesu sekali?” tanya ibunya menyambut kedatangan Darto yng pada hari itu pulang lebih awal.
“Kalo lagi gak dapat tangkapan ya gak usah sedih, mungkin belum rejeki” hibur ibunya.
“Lho, itu mata mu kok sembab semisal orang yng habis meneteskan air mata? tanya ibunya sesudah Darto melepaskan topi capingnya.
Tanpa menjawab pertanyaan ibunya, Darto bahkan mengambil kurungan burung hasil tangkapan selama dua hari yng belum pernah sempet dijualnya.
“Maafkan aku, maafkan aku, maafkan aku” gumam Darto sembari terisak yang dengannya tatapan mata penuh sesal ke arah burung-burung di dalam kurungan yang telah di sebutkan. Bersamaan yang dengannya ucapan mohon maaf itu tangan Darto membuka tutup kurungan serta membiarkan burung-burung di dalamnya beterbangan
“Kenapa kamu Nak, apa yang terjadi? Kenapa burung-burung itu kamu lepaskan? Itukan uang, hasil jerih payah mu sendiri, Nak” desak ibunya yng tak mengerti serta mulai kuatir yang dengannya keadaan anak sulungnya itu.
Seusai seluruh burung di kurungan itu habis beterbangan kembali ke alam bebas, barulah Darto berpaling ke arah Ibunnya.
“Maafkan Darto, ya Bu” jawab Darto lirih.
“Aku sengaja melepaskan burung-burung itu untuk menebus dosa ku kepada semua burung-burung yang aku tangkap dan kujual. Soal nilai uangnya, biarlah aku cari pekerjaan lain untuk menggantinya” lanjut Darto mengawali kisah “pertobatannya” itu.
Ini kisahnya:
Dua hari sebelumnya tatkala berburu Darto menjumpai sebuah sarang burung yng di dalamnya ada dua ekor anaknya yng masih merah, belum berbulu. Darto tahu bahwasanya sarang serta anak burung yang telah di sebutkan merupakan dari jenis yng tidak sedikit penggemarnya serta bernilai cukup tidak murah, lantaran itu dia putuskan bagi atau bisa juga dikatakan untuk menangkap induknya.
Darto lantas memasang jebakan mempergunakan “pulut” (getah yng mampu lengket semisal permen karet). Pulut itu dia lumurkan pada ranting di sekitar mulut sangkar dimana sang induk pasti akan menginjaknya tatkala memberikan makan anaknya ataupun sebelum masuk ke sarang.
Sebelum menjumpai sarang itu Darto sudah memasang tidak sedikit jebakan lain di sekitarnya. Ada yng dipasang di sekeliling pohon yng tengah berbuah masak, ada yng dipasang di didekat genangan air, ada juga yng dipsang di dekat sarang rayap.
Menjelang sore, tibalah saatnya Darto “memanen” hasil jebakan-jebakan yng dipasangnya. Luar biasa. Hari itu dia bisa tujuh ekor burung dari banyak sekali jebakan yng dia pasang. Di sayangkan dia tidak ingat sudah memasang jebakan di mulut sarang burung yng ada anaknya, menjadikan tak mendatangi jebakan yang telah di sebutkan.
Hari itui Darto pulang yang dengannya perasaan girang bukan kepalang, tangkapan hari itu merupakan rekor baru baginya. Lantaran terasa sisa uang hasil penjualan yang terakhir masih ada, Darto memutuskan bagi atau bisa juga dikatakan untuk menunda menjualnya, serta beristiraht sehari. Itu sebabnya burung-burung yang telah di sebutkan dia masukkan ke dalam kurungan.
Dua hari lantas dia kembali berburu ke tempat yng percis serta yang dengannya tatacara yng percis. Selesai memanen 3 ekor burung hasil jebakan hari itu teringatlah Darto akan pulut yng dia pasang di sarang yng berisi dua anak burung yng masih merah tadi.
Benar dugaan Darto, induk burung terjebak pulut yang dengannya gampang. Bukan cuma kedua kakinya, akan tetapi pula bulu-bulu tubuh serta sayap burung yang telah di sebutkan lengket pada ranting berpulut.
Yng tak terpikirkan oleh Darto tatkala memasang pulut merupakan masa depan si anak burung. Satu dari tiga anak burung yang telah di sebutkan sudah mati, satu lagi tengah sekarat, sementara seekor sisanya tidak lagi bisa atau mampu menangkat kepalanya walau masih mampu mencicit memanggil indukknya.
Menyaksikan pemandangan itu, semisal orang yng baru terbangun dari tidur, kesadaran hakiki Darto menjadi mahluk beradab pun sontak tersentuh. Rasa bersalah itu menusuk kalbunya yng paling dalam, menjadikan tanpa dia sadari matanya sudah basah, Darto pun tersedu.
Yng lebih membuat Darto Amat terharu menjadikan memicu matanya sembab akibat tangis, merupakan disaat mendapati di paruh induk burung, yng telah Amat lemah akibat terus meronta ingin melepaskan diri dari jebakan pulut itu, masih terselip makanan yng akan disuapkan siinduk kepada anak-anaknya. Luar biasa. Dalam keadaan tubuh terikat, di tatkala kepastian hidup tak terperinci, si induk burung tak membuang ataupun menelan makanan yng dia peruntukkan bagi anak-anaknya.
“Maafkanlah aku… maafkan aku…aku menyesal..“ ratap Darto di hadapan anak-anak burung yng akhirnya mati itu,
Fakta di depan matanya ini membuat Darto bersumpah:
  • Pertama, mulai tatkala itu dia berhenti menjadi pemburu burung serta tak akan menyakiti hewan-hewan lain-lainnya.
  • Kedua, bahwasanya dia akan menegakkan rasa tanggung jawab serta arti cinta semisal si induk burung itu terhadap keluarganya.
Itulah Kisah “Darto Burung” yng bertobat menjadi pemburu burung.
Sumber:Kanedi-Fiksi.kompasiana.com Produk khusus penangkaran omkicau

Tulisan atau artikel Terkait



Sumber rujukan dan gambar : http://www.agrobur.com/2013/08/kisah-inspirasi-pertobatan-darto-si.html.

Seputar Kisah Inspirasi : Pertobatan Darto Si Pencari Burung

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Kisah Inspirasi : Pertobatan Darto Si Pencari Burung